~ IMAN KRISTEN YANG
BERTUMBUH ~
Pertumbuhan
iman orang Kristen mengalami tiga tahap yang di tandai dengan Baptis Air,
Baptis Roh Kudus dan Baptis Api. Tetapi bagaimanakah orang Kristen dapat
bertumbuh imannya hingga mencapai tahap Baptis Api, dalam hal ini kita dapat
belajar dari rasul Petrus, yang ditulis dalam suratnya yang ke dua
(tahun 60-70 M) kepada orang-orang Kristen yang ada di Pontus, Galatia,
Kapadokia, Asia dan Bitinia (1 Ptr.1:1). Saat surat ini ditulis, rasul Petrus
berusia sekitar enam puluh lima tahunan dan ini adalah suratnya yang terakhir
sebelum beliau martir, disalib terbalik di Roma pada masa pemerintahan kaisar
Nero.
“Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, dan kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan
kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan
semua orang. Sebab apabila itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan
dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus,
Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, menjadi buta dan
picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan” (2Ptr.1:5-9).
Iman (faith) adalah dasar segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat
(Ibr.11:1). Iman yang paling awal atau paling kecil adalah percaya bahwa Yesus
adalah Tuhan dan Juru selamat manusia. Dan percaya bahwa melalui Yesus ada
jalan kepada Allah (Yoh.14:6)
Kebajikan (virtue) adalah segala
sifat-sifat baik (penyabar, pemurah, peramah, suka menolong dan lain-lain) yang
harus dipunyai seorang beriman dalam dirinya, sifat-sifat itu sebenarnya
sifat-sifat yang dipunyai Allah.
Pengetahuan (knowledge) adalah segala
pengetahuan firman Tuhan yang akan menuntun orang percaya pada hidup yang penuh
kebajikan yang dikehendaki Allah. Tanpa pengetahuan firman Tuhan orang akan
mudah tersesat oleh pandangannya sendiri, yang sering sangat subyektif;
mementingkan keuntungan dan kesenangannya sendiri.
Penguasaan
diri (temperance) adalah
segala sikap, perbuatan, perkataan dan pikiran yang didasarkan pada pengetahuan
akan firman Tuhan , sehingga tidak lepas kontrol dan lupa karena kepentingannya
sendiri, tapi lebih mementingkan pertumbuhan imannya.
Ketekunan (patience) adalah
penguasaan diri yang sudah mendarah daging sehingga tahan terhadap segala ujian
dan kesulitan hidup dengan penuh kesabaran.
Kesalehan (godliness) adalah keadaan
dimana seorang beriman dapat bersikap, berbuat, berkata-kata dan berpikir
dengan penuh ketulusan, penuh pengertian, penuh pengorbanan, penuh hikmat dan
penuh makrifat. Pada posisi iman seperti ini ia tidak dapat tergoda oleh
hal-hal duniawi.
Kasih akan
saudara-saudara (brotherly
kindness) adalah kesalehan yang timbul dari dalam hati yang diberlakukan
di dalam hubungannya dengan orang-orang yang dekat dengannya dan orang-orang
yang kenal dengannya, misalnya keluarga, saudara, orang tua, istri, anak,
karyawan, kolega, teman, dan saudara seiman.
Kasih akan
semua orang (brotherly
kindness charity) adalah keadaan dimana orang beriman dengan penuh
kesalehan dapat bermurah hati kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan (apa
agamanya, rasnya, negaranya dan lain-lain). Pada posisi ini pertumbuhan imannya
sudah mencapai sempurna, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Ia mengasihi
sesamanya seperti mengasihi dirinya sendiri (Mat.22:39).
Menjadi dewasa tidak terjadi secara otomatis, namun
perlu proses dan waktu. Dalam proses tersebut mungkin kita harus melewati
berbagai tahap, sama seperti seorang anak, untuk mencapai dewasa maka ia harus
melewati masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa pemuda dan dewasa
hingga orang tua. Kita boleh berpuluh tahun menjadi orang percaya, namun tetap
tidak menjamin bahwa anda telah dewasa rohani dalam Kristus. Itu sebabnya kita
barangkali pernah mendengar istilah Kristen Bonsai. Pohon Bonsai adalah semacam
pohon yang sudah berpuluh-puluh tahun usianya namun tetap saja kerdil, karena
memang dibentuk secara demikian. Lalu, bagaimana sesungguhnya jika kerohanian
kita hendak bertumbuh?
1. Perlu
komitmen untuk bertumbuh
Tadi kita telah mengatakan bahwa proses bertumbuh
menjadi dewasa tidak ada yang otomatis, namun perlu komitmen. Dan komitmen itu
harus dengan sengaja dilakukan dan dipraktekkan. Kita jangan berpikir jika kita
setiap minggu datang ke gereja kemudian dengan tertib kita memberikan persembahan
itu sudah cukup sebagai modal untuk bertumbuh. Mengapa? Karena hidup orang
percaya bukan hanya mendengar tetapi ia juga harus taat dan mempraktekkan apa
yang sudah didengar. Kita tidak jarang menemukan orang-orang yang sudah
mengerti pengetahuan Alkitab, namun tetap hidupnya berantakan. Gossip tetap
saja berlangsung, omong kotor tetap diucapkan, dendam tetap ada di dalam
hatinya dan tidak ada pengampunan. Semua ini dapat terjadi karena tidak
adanya komitmen di dalam dirinya untuk bertumbuh.
Dr John Chamber, seorang misionaris yang pernah
melayani di Indonesia dan saat ini melayani mahasiswa Indonesia di Amerika
Serikat pernah mengucapkan satu kalimat begini “Orang Kristen tidak
diminta Tuhan menjadi salesman, tetapi ia diminta menjadi free sample” Di
dalam teori ekonomi, yang dimaksud dengan free sample sudah
pasrt produk yang mutunya paling baik, sebab kalau yang free samplemutunya
jelek, maka produknya tidak ada yang bakal beli. Sayang sekali, ada
banyak free sample yang pada mulanya baik, namun kalau sudah
menuju ke produknya, hasilnya sudah jelek. Kita tidak jarang menemukan para
pedagang yang menjual Mangga atau Salak, yang memberikan contoh Mangga dan
Salaknya untuk dimakan rasanya manis, namun jika kita sudah membeli sekarung,
maka rasanya asem semua. Kekristenan juga demikian, pada saat permulaan kita
mengenal seseorang yang di persekutuan atau gereja, maka orangnya baik sekali,
dan kelihatan sangat rohani dan suci. Namun makin lama bergaul, keluarlah
belangnya.
Jadi dengan tegas saya ingin mengatakan bahwa
tidak ada gunanya segudang teori, entah itu Seminar, Conference, bahkan Sekolah
Alkitab yang pernah anda ikuti kalau di dalam diri ini tidak ada komitmen untuk
bertumbuh maka kita akan menjadi sama seperti orang luar, dan kita sebut orang Kristen
Bonsai, kepalanya boleh besar penuh dengan segudang ilmu, namun hatinya kecil
dan kerdil.
2. Perlu
adanya Pembaharuan hidup yang nyata
Berhubung manusia sudah berdosa, maka akar manusia lama kita tetap saja lengket
dalam hidup ini. Apalagi menyangkut kepentingan pribadi, maka orang percaya
kadang bisa lupa diri, itu sebabnya saudara dalam Kristus pun rela dikorbankan.
Nah hal-hal semacam begini yang menjadi batu sandungan bagi orang luar untuk
masuk ke dalam gereja.
Kita perlu ingat, bahwa terlalu sering orang percaya
sendiri menjadi penghalang utama bagi baru untuk menjadi percaya, bukan orang
luar. Mengapa? Karena si orang percaya tersebut tidak ada pembaharuan dalam
dirinya. Alkitab mungkin sudah berulang kali dibacanya, bahkan ada puluhan ayat
yang sudah dihafal secara luar kepala. Ia juga memiliki Alkitab lebih dari
satu, mulai dari meja kamar, meja kerja, meja tamu, mobil, bahkan kantong saku
semua berisi Alkitab. Namun semua ini tidak menjamin kerohaniannya bertambah
dewasa, karena ia tidak pernah membiarkan dirinya diperbaharui oleh firman
Tuhan itu. Tatkala semuanya berjalan lancar, maka puji Tuhan; namun jika
kesulitan menimpa, Tuhan pun dilupakan.
Jika hari ini kita rindu menjadi orang percaya yang
dewasa, maka kekristenan kita harus didemonstrasikan atau diwujudnyatakan.
Orang luar tidak perduli dengan keaktifan kita di gereja, persekutuan bahkan
melayani, namun yang paling penting adalah karakter dan integritas yang nyata.
3. Perlu
mengalami Tuhan secara pribadi
Rick Warren, pendeta senior gereja Saddleback
mengatakan, “adalah suatu kekeliruan jika orang-orang berpikir bahwa
kerohanian seseorang akan bertumbuh melalui studi Alkitab”. Pada saat
pertama saya membaca tulisannya, saya merasa kaget juga. Namun setelah berpikir
ulang saya sadar, bahwa sesungguhnya studi Alkitab tidak menjamin bahwa
rohani seseorang bertumbuh. Terlalu banyak ditemukan mereka yang makin
belajar Alkitab, lalu pulang ke gereja menjadi para pengkritik, bahkan ada
satu dua yang mencoba-coba mengadakan reformasi di gereja.
Jika seseorang hendak bertumbuh rohaninya, maka selain
Alkitab yang dibacanya, maka ia juga perlu mengalami Tuhan secara nyata, dan
untuk mengalami Tuhan secara nyata maka perlu waktu, tidak dapat secara
instant. Kadang kita perlu mengalami kesulitan bahkan penderitaan dan
tekanan, supaya kita benar-benar merasakan dan mengalami kasih Tuhan yang nyata
itu.
Tatkala Musa berumur empat puluh tahun, ia berpikir
bahwa ia sudah terlatih dan memilki segalanya dari istana, sehingga dengan
tekad bulat ia berusaha membebaskan bangsanya yang sedang disiksa oleh salah
seorang prajurit Mesir. Namun apa lacur? Perbuatannya terbongkar, sehingga ia
terpaksa harus melarikan diri dalam pengasingan, dan di sana ia mengalami kasih
Tuhan. Pada saat umur seratus dua puluh tahun dia kembali diutus Tuhan untuk
menghadapi Firaun untuk membebaskan orang Israel, namun pada saat itu Musa
mengaku bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. Mengapa? Orang yang sudah mengalami
kasih Tuhan, walaupun ia penuh dengan segudang ilmu dan keahlian, ia tetap saja
merasa rendah di hadapan Tuhan.
Studi Alkitab tidak cukup, kita perlu pengalaman menyembah Tuhan,
pengalaman persekutuan satu dengan yang lain dan juga pengalaman penginjilan.
Dengan demikian kita bukan hanya dibangun dan diisi secara otak, tetapi juga
hati, sehingga kita benar-benar menjadi orang Kristen yang dewasa secara
rohani.
MENUJU PERTUMBUHAN IMAN
Apakah Iman Anda tidak
bertumbuh? Mungkinkah Iman Anda dari tahun ke tahun sedikit mengalami kemajuan,
atau statis – tidak mundur, juga tidak maju? Apa yang terjadi? Hal itu
dikarenakan kita gagal mengenali hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan
Iman kita. Iman tidak berhenti ketika kita mengambil keputusan percaya dan
bertobat kepada Yesus Kristus. Iman harus di jalani, iman harus bertumbuh,
berbuah, sampai mencapai tingkat kedewasaan iman. Alkitab dalam 2 Petrus 3:18
dan Efesus 4:13-15 memerintahkan kita agar bertumbuh dalam kasih karunia dan
dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus, dan mencapai kedewasaan penuh.
Dalam perjalanan iman menuju
kedewasaaan penuh, iblis dengan tipuan muslihatnya menyebarkan ranjau, jebakan,
guna menghambat pertumbuhan iman kita. Iblis tidak akan pernah berhenti
mengganggu kita sampai kita terkapar jatuh. Bagaimana mengenali
hambatan-hambatan Iman. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan iman kita?
Mengabaikan
kehidupan batin kita bersama Kristus, sementara kita memusatkan perhatian pada
penampilan luar.
Sepertinya kita hidup di
zaman di mana orang-orang lebih memusatkan perhatian pada penampilan luar,
ketimbang ketulusan hati. Seperti ketika Anda melihat orang menjual mobil bekas
yang telah disulap, yang tanpak luar mengkilap, bagus dan menarik, tetapi
setelah Anda memakainya beberapa minggu kemudian, semua yang buruk yang
tersembunyi mulai menampakkan diri, dan Anda pasti kecewa.
Filosofi dunia adalah:
“tidak pernah mendapat kesempatan kedua untuk membuat kesan pertama.” Yang
penting menurut dunia adalah kesan pertama.
Prinsip di atas sangat
betentangan dengan Alkitab. Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan bagian luar
kita, jika itu berbeda dengan hati kita. Bahkan Tuhan mengutuk mereka yang
kehidupan luarnya tanpak rohani, namun pada hakikatnya kehidupan rohani mereka
kering dan gersang, bahkan penuh dengan sampah (Lukas 11:39; 1 Samuel 16:7).
Kehidupan yang sejati adalah
dari dalam ke luar. Kehidupan yang dari luar ke dalam adalah kemunafikan.
Untuk terus bertumbuh dan
mengenal Yang Maha Kudus, maka kita Dalam kehidupan sehari-hari, tinggal
dalam Firman-Nya.
~ Menerima Firman Allah
dengan hati terbuka (Lukas 8:8, 15; Kisah 17:11; 1 Tes. 2:13.
~ Membaca Alkitab setiap
hari (Yosua 1:8).
~ Meneliti atau mempelajari
Alkitab (Kisah 17:11).
~ Menghafal Firman Tuhan
(Mazmur 119:11).
~ Merenungkan Firman Tuhan
(Mazmur 1:2).
~ Menerapkan atau melakukan
Firman Tuhan (Yakobus 1:22)
~ Membagikan Firman Tuhan
kepada orang lain (2 Timotius 4:2).
~ Membangun Kehidupan Doa
sebagai percakapan dua arah
Salah satu tanda seseorang memiliki
hubungan yang baik dengan Tuhan adalah adanya kehidupan doa yang konsisten.
Alkitab dan doa tidak boleh dipisahkan. Dalam doa kita berkomunikasi dengan Tuhan,
dan melalui Alkitab Tuhan berkomunikasi dengan kita. Kita hanya akan mengenal
seseorang jika kita berkomunikasi dengan dia, begitu juga kita dengan Tuhan dan
inilah iman yang bertumbuh :
1. Iman bertumbuh oleh firman Tuhan
1. Iman bertumbuh oleh firman Tuhan
Firman Allah katakan bahwa iman itu timbul dari pendengaran, yaitu
pendengaran akan firman Allah (Roma 10:17). Jadi supaya iman bertumbuh dan
bertambah teguh, kita memerlukan setiap hari firman Tuhan untuk dibaca,
direnungkan dan dipraktekkan; supaya kita mendapat kekuatan Allah. Sebab hanya
kekuatan Allah yang mampu mengalahkan dunia (Roma 1:16-17; I Yohanes 5:4-5 ).
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik"(2 Timotius 3:12,16,17).
Sejalan dengan perjalanan hidup dalam dunia yang semakin jahat, maka dibutuhkan iman yang bertumbuh sampai mencapai kedewasaan penuh.Karena beriman kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat bukan saja tindakan sesaat ketika kita menghadapi persoalan, tetapi juga merupakan sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan dikuatkan (Yoh 1:12 ).
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik"(2 Timotius 3:12,16,17).
Sejalan dengan perjalanan hidup dalam dunia yang semakin jahat, maka dibutuhkan iman yang bertumbuh sampai mencapai kedewasaan penuh.Karena beriman kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat bukan saja tindakan sesaat ketika kita menghadapi persoalan, tetapi juga merupakan sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan dikuatkan (Yoh 1:12 ).
2. Iman bertumbuh oleh pengujian
Pengujian iman adalah tindakan Allah untuk meningkatkan iman seseorang
menjadi lebih berkualitas. Oleh karena iman itu hidup, maka setiap orang
percaya harus juga siap menghadapi ujian-ujian yang diperlukan bagi
pertumbuhannya untuk dapat memperoleh buah yang matang. Perhatikan bagaimana Ayub (Ayub
1-42);Abraham (Kejadian
22); Daniel (Daniel
6); Sadrakh,
Mesdakh dan Abednego (Daniel 3) dll.
3. Iman bertumbuh dalam pencobaan
Pengujian berbeda dengan pencobaan. Pencobaan yang berasal dari Iblis
bertujuan untuk menipu dan membinasakan manusia (Kejadian 3:1-5; Yohanes
10:10). Tetapi pencobaan yang dari Tuhan dipakai-Nya untuk merendahkan hati dan
untuk mengetahui isi hati kita (Ulangan 8:2). Reaksi-reaksi negatif yang muncul
dari pencobaan akan dipangkas oleh Tuhan. Setelah itu Tuhan akan memulihkan
kita dengan penghiburan dan memberi hati yang baru, yaitu hati yang taat
(Yehezkiel 11:19,20).
4. Iman bertumbuh dalam penganiayaan dan penderitaan
Tuhan Yesus mengalami penderitaan sejak bayi (Matius 2:12-15). Di sepanjang
hidup dan pelayanan-Nya tidak pernah sepi dari penderitaan dan aniaya.
Murid-murid-Nya dan Gereja mula-mula juga mengalami hal yang sama. Kaisar Nero
menjadi pemicu aniaya terhadap Gereja Tuhan tanpa alasan (tahun 64 M). Tetapi
meskipun demikian tidak ada seorang pun murid Tuhan Yesus yang murtad karena
aniaya dan penderitaan. Gereja-Nya pun tidak pernah surut, tetapi sebaliknya
semakin bertambah besar dan kuat. Hingga pada saatnya dunia tidak mampu lagi
membendung perkembangan dan pertumbuhan Gereja dan akhirnya pada zaman
Konstantinus Agung (tahun 312 M) Gereja resmi dijadikan agama negara yang
satu-satunya.
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Mengapa demikian? Karena penderitaan bukan saja merupakan akibat dari ibadah kita, tetapi juga merupakan sebuah panggilan dan karunia (Filemon 1:29). Terhadap dunia, penderitaan yang kita alami disebabkan oleh adanya roh kemuliaan yang ada di dalam kita (1 Petrus 4:14); tetapi terhadap diri kita sendiri setiap penderitaan yang kita alami bernilai sebagai karunia panggilan dan sebagai alat pendidikan dan untuk menumbuhkan iman kita.
Kepada Timotius rasul Paulus menulis, "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Mengapa demikian? Karena penderitaan bukan saja merupakan akibat dari ibadah kita, tetapi juga merupakan sebuah panggilan dan karunia (Filemon 1:29). Terhadap dunia, penderitaan yang kita alami disebabkan oleh adanya roh kemuliaan yang ada di dalam kita (1 Petrus 4:14); tetapi terhadap diri kita sendiri setiap penderitaan yang kita alami bernilai sebagai karunia panggilan dan sebagai alat pendidikan dan untuk menumbuhkan iman kita.
5. Iman bertumbuh dalam kehidupan padang gurun
Padang gurun adalah istilah yang sering kita pakai untuk menggambarkan
situasi dan keberadaan sulit yang sedang kita alami. Padang gurun adalah
waktu-waktu yang sangat penting untuk menguji hati dan iman kita, apakah kita
tetap melekat kepada TUHAN. Padang gurun juga merupakan perjalanan yang harus
dialami oleh setiap orang percaya, sebab di sanalah karakter kita dibentuk.
Kita dilatih bagaimana menghadapi persoalan dengan sikap-sikap yang baru
sebagai manusia baru yang telah datang.
• Firman Tuhan dan mengalami padang gurun akan membawa pertumbuhan iman
yang berkemenangan. Namun hal ini belum cukup, sebab TUHAN menghendaki kita
memiliki iman yang sempurna (Yakobus 2:22). Jadi, iman diperlukan dalam
perjalanan padang gurun kita masing-masing untuk pembentukan karakter kita dan
demi pertumbuhan iman kita.
• Di samping itu perjalanan di padang gurun adalah pembuktian akan adanya watak asli yang kita miliki selama ini. Dan semuanya akan memancar keluar sebagai reaksi atas setiap masalah yang sedang kita hadapi, kemudian akan berganti dengan karakter yang baru.
• Di samping itu perjalanan di padang gurun adalah pembuktian akan adanya watak asli yang kita miliki selama ini. Dan semuanya akan memancar keluar sebagai reaksi atas setiap masalah yang sedang kita hadapi, kemudian akan berganti dengan karakter yang baru.
6. Iman bertumbuh karena dipraktekkan
Surat Yakobus menulis bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah
mati (Yakobus 2:17.) Iman yang mati jelas tidak bertumbuh. Karena itu iman yang
demikian tidak berguna.
Perbuatan-perbuatan dimaksudkan adalah perbuatan yang sejalan dengan iman yang kita miliki. Perbuatan bagi pelayanan kita kepada TUHAN dan kegiatan melayani sesama (Roma 12:11; 1 Petrus 4:10 ). Tindakan rela melayani TUHAN dan melayani sesama merupakan tindakan aktif yang menempatkan hidup kita sebagai hamba kebenaran. Menyadari bahwa hidup kita telah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Anak Domba Allah, sepatutnyalah kita tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi senjata kelaliman melainkan untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6 :13).
Perbuatan-perbuatan dimaksudkan adalah perbuatan yang sejalan dengan iman yang kita miliki. Perbuatan bagi pelayanan kita kepada TUHAN dan kegiatan melayani sesama (Roma 12:11; 1 Petrus 4:10 ). Tindakan rela melayani TUHAN dan melayani sesama merupakan tindakan aktif yang menempatkan hidup kita sebagai hamba kebenaran. Menyadari bahwa hidup kita telah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Anak Domba Allah, sepatutnyalah kita tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita menjadi senjata kelaliman melainkan untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6 :13).
7. Iman bertumbuh dengan persoalan
Orang percaya tidak pernah lepas dari persoalan (Mazmur 34:20). Kalau cara
menghadapi persoalan itu dengan sikap dan cara yang lama, pasti kita akan
kalah. Sebaliknya jika kita menghadapinya dengan sikap yang baru, pasti
kemenangan akan kita peroleh.
Reaksi kita atas persoalan bisa keluar melalui perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan. Dan reaksi yang kita lakukan itu akan menunjukkan siapa jati diri kita sebelumnya. Sebagaimana firman Tuhan katakan, bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula (Lukas 6:43-45).
Pertumbuhan iman dimaksudkan bukan saja untuk kita beroleh penggenapan janji Allah, tetapi dengan iman juga akan membimbing kita untuk tetap melekatkan hati kita kepada TUHAN. Hidup berharap dan bergantung kepada TUHAN itulah yang akan membentuk hidup kita sebagai manusia rohani.
Reaksi kita atas persoalan bisa keluar melalui perkataan, tetapi bisa juga dengan tindakan. Dan reaksi yang kita lakukan itu akan menunjukkan siapa jati diri kita sebelumnya. Sebagaimana firman Tuhan katakan, bahwa pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula (Lukas 6:43-45).
Pertumbuhan iman dimaksudkan bukan saja untuk kita beroleh penggenapan janji Allah, tetapi dengan iman juga akan membimbing kita untuk tetap melekatkan hati kita kepada TUHAN. Hidup berharap dan bergantung kepada TUHAN itulah yang akan membentuk hidup kita sebagai manusia rohani.
Demikian kiranya menjadi berkat dan mari kita terus bertumbuh, Tuhan Yesus
memberkati.
Ref :
Terimakasih atas artikel yang sangat memberkati saya, artikel ini akan saya bagikan kepada para jemaat Tuhan.
BalasHapusGBU