Sabtu, 02 November 2013

KEPEMIMPINAN KRISTEN

KEPEMIMPINAN KRISTEN  ( By David Yehuda )


I. PENGERTIAN
Pemimpin berasal dari
kata asing “ Leader “ & Kepemimpinan > Leadership

Pemimpin > seorang pribadi yg memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan & kekuasaan untuk menggerakkan org lain.

Kepemimpinan > proses mempengaruhi aktivitas seseorang / kelompok org untuk mencapai tujuan & sasaran dalam situasi tertentu.
II. PREMIS / DALIL DASAR KEPEMIMPINAN
Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara khusus, peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain:  Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen;  Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan Kristen;  dan Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen

Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa TUHAN, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh TUHAN ini adalah untuk pelayanan memimpin.
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil TUHAN sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian TUHAN.
Untuk
3. Memimpin suatu kelompok umat TUHAN (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini”

B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen

Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu;
Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin.
 Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin, antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Tuhan, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar upaya dan kinerja kepemimpinan.

C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “teladan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta “keteladanan Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran.
1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Tuhan.

III. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
1. BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI
2. BERDASARKAN KEKUASAAN
3. BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
4. BERDASARKAN SEGI LANDASAN PENGARUH
5. BERDASARKAN KEPRIBADIAN
Maksud dari tipe-tipe kepemimpinan ini adalah sbb :
~ BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI.
a. Climbers
Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
b. CONSERVERS
Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, deFensiFda statis.
c. ZEALOTS
Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan daripada human relations.
d. ADVOCATES
Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya, bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.
e. STATESMEN
Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.

2. BERDASARKAN KEKUASAAN

a. AUTORAIC LEADER
Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri.
b. PARTCIPATIVE LEADER
Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses.
c. FREE REIN LEADER
Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal

3. BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
a.  Yang berorientasi pada pengikut / pegawai.
       pemimpin yg terfokus kepada pengikut dan lebih menyenangkan pengikut daripada hasil karena takut kehilangan simpati.

 b.   Yang berorientasi pada produksi.
       Pemimpin yang mengutamakan hasil dari pekerjaan / produksi diutamakan di atas kepentingan pengikut demi kepuasan dari sebuah pekerjaan.
4. BERDASARKAN CARA MEMOTIVASI
Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan pemimpin yang negatif. Pemimpin yang negatif, ialah tipe pemimpin yang menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif, misalnya ancaman, hukuman dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah pemimpin yang dalam memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.
5. BERDASARKAN SEGI LANDASAN YG DIPERGUNAKAN UNTUK MEMPENGARUHI PENGIKUT
Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya berdasarkan tradisi yang ada.
Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya
Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis oleh karena pemimpin tipe ini biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis, mempergunakan rasio untuk mempengaruhi pengikutnya.
6. BERDASARKAN KEPRIBADIAN
a) Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis.
b) Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni dan individualitas.
c) Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
d) Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
e) Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
F) Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.

IV. PERSYARATAN-PERSYARATAN SEORANG PEMIMPIN
~ PERSYARATAN MORAL :
1. SEORANG YANG TAK BERCACAT
2. HARUS SUAMI DARI SATU ISTERI
 3. STABIL / MAMPU MENGUASAI DIRI
 4. BUKAN PEMARAH
5.  BUKAN HAMBA UANG
     ( 1 Tim 3:1-7 )

~ DOMINAN POSITIF :
1. SOPAN
2.  SUKA MEMBERI TUMPANGAN
3.  CAKAP MENGAJAR
 4. DAPAT DIPERCAYA & BERTANGGUNGJAWAB
 5. BIJAKSANA
 6. ANTUSIAS DAN PEKA

~ MEMILIKI KEDEWASAAN ROHANI :
1. TAKUT AKAN TUHAN
2.  BUKAN SEORANG YANG BARU BERTOBAT
 3. MENYATU PERKATAAN & TINDAKAN

V. SIKAP PRAKTIS SEORANG PEMIMPIN KRISTEN
          A. MEMANDANG POSITIF KESULITAN YANG ADA
Bagi seseorang yang berpandangan luas, tidak terlalu sulit untuk menganalisis suatu perkara dengan positif. Umumnya, kesulitan yang timbul itu memungkinkan seseorang pemimpin mulai membuat sejarah baru dalam kepemimpinannya. Sisi lain dari setiap kesulitan ialah bahwa kesulitan dapat membawa kita kepada ketidakmampuan, yang akhirnya frustasi. Tetapi, pemimpin yang sesungguhnya ialah yang senantiasa melihat kesulitan, sebagai kesempatan untuk menemukan perkara yang baru dalam membuat satu sejarah. Sedang pemimpin yang melihat kesulitan sebagai "satu kesulitan" ialah pemimpin yang pesimis.
          B. MENGHINDARI KETEGANGAN
Di dalam kepemimpinan -- yang besar maupun kecil, hal-hal yang sering menganggu kelancaran kerja ialah "ketegangan" dalam berpikir. Banyak pemimpin menempuh cara yang salah untuk menghindari penyakit ini, dengan alasan "mengendurkan saraf". Cara yang tepat untuk menghindari ketegangan ialah "humor". Kedengarannya istilah ini terlalu sepele, tapi jangan keliru. Humor merupakan pemberian Tuhan. Humor yang dimaksudkan di sini ialah humor yang dapat dikendalikan, sebab humor yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai kepemimpinan.
           C. MENGONTROL AMARAH
seorang pemimpin perlu juga marah. Dalam Alkitab terdapat dua macam kemarahan -- kemarahan yang adalah dosa dan kemarahan yang suci. Dosa marah yang dimaksud adalah kemarahan yang hanya berpusat pada diri sendiri, nafsu, daging -- semuanya berpusat pada kepentingan diri
Kemarahan yang suci ialah kemarahan yang berpusat kepada kemuliaan TUHAN. Alkitab berbicara tentang Tuhan Yesus marah dua kali. Tapi dua-duanya mempunyai nilai untuk kemuliaan Bapa.


VI. BAGAIMANA MENJADI PEMIMPIN YANG VISIONER
~MEMILIKI  SUMBER KEKUATAN DENGAN LANDASAN IMAN & FIRMAN TUHAN.
~MELIHAT SEGALA SESUATU DENGAN KACA MATA TUHAN.
~TAAT KEPADA RENCANA TUHAN.
~MELIBATKAN ORANG LAIN UNTUK MENCAPAI TUJUAN.
~MERENCANAKAN SEGALA SESUATU DENGAN MATANG & MENERAPKANNYA DENGAN BAIK.

VII.  PEMIMPIN SEBAGAI MENTOR
a. MELIHAT KUALITAS-KUALITAS BAIK
Kualitas pertama seorang mentor adalah melihat sesuatu yang ideal dalam hidup mentori. Kita tidak mungkin menginvestasikan diri kita kepada orang yang menurut kita tidak layak mendapatkan investasi.
CONTOH : Paulus memperlihatkan kemampuannya memandang melampaui permukaan hidup Timotius dan bersaksi tentang kualitas-kualitas baik, yang dengan mudah terabaikan oleh orang lain.
b. MENDORONG MENTORI AGAR MEMELIHARA KARUNIANYA
Paulus menyatakan bahwa Timotius harus "memelihara harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya" dalam hidupnya (2 Timotius 1:14). Dalam 2 Timotius 2:1-7, kita menemukan Paulus memberikan petunjuk yang jelas kepada anak didiknya tentang cara untuk menginvestasikan karunia istimewanya. Secara khusus, Paulus menggunakan tiga analogi untuk menyampaikan pesan pemeliharaan ini. Pertama, Timotius harus berpikir seperti seorang prajurit yang mengetahui bahwa kesetiaan utamanya adalah kepada komandannya. Kedua, Timotius harus berpikir seperti seorang olahragawan yang menyerahkan hidupnya kepada kedisiplinan yang akan membangun parameter-parameter tingkah laku dan kebiasaan di dalam kehidupannya. Yang terakhir, dia harus berpikir seperti seorang petani yang memahami bahwa pada akhirnya, ia akan menikmati segala hasil usahanya
c. MEMBERI PERINGATAN TENTANG KELEMAHAN-KELEMAHAN MENTORI
Kita melihat Paulus memperingatkan Timotius tentang bidang-bidang yang menjadi kelemahannya. Dalam 2 Timotius 2:20-23, Paulus meninjau bidang-bidang yang dapat menjadi kekuatannya dan bidang-bidang lain yang dapat menyebabkan kelemahannya.
Paulus langsung menantang Timotius bahwa beberapa sifatnya akan melemahkan hidupnya sampai pada titik ketidakefektifan, sementara itu kualitas-kualitas yang lain akan memperkuatnya. Sebagai mentor yang bijaksana, Paulus menekankan bahwa kualitas-kualitas karakter ini terletak dalam tanggung jawab Timotius sendiri.
d. MENYATAKAN PERLUNYA KEGIGIHAN
Mentoring yang bijaksana tidak hanya menunjukkan puncak kehidupan yang dijalani dengan baik, tetapi juga kebenaran bahwa kegigihan dalam menjalankan tugas-tugas yang sangat berat pun sangat diperlukan.
Secara realistis Paulus menunjukkan cakupan kesulitan yang harus dihadapi Timotius dalam 2 Timotius 3:1-9. Hal ini mencerminkan bahwa Paulus memahami konteks pelayanan Timotius seringkali dapat terasa berat.
e. MENJADI TELADAN
Paulus menunjukkan bahwa dirinya sendiri adalah teladan yang baik bagi Timotius. Tidak ada ucapan "lakukan seperti apa yang kukatakan, jangan seperti apa yang kulakukan" dari Paulus. Sebaliknya, dia dengan tegas menyarankan agar Timotius mengikuti teladan tentang bagaimana dia berinvestasi dalam hidupnya, dan bahwa dia tidak akan kecewa (2 Timotius 3:14).
Paulus menggunakan frasa bahwa dia "sudah mulai dicurahkan sebagai anggur persembahan" (2 Timotius 4:6). Nilai utama Paulus dalam memuliakan Tuhan ditampilkan kepada Timotius saat dia menjelaskan pemahamannya bahwa ia siap menjadi anggur persembahan.

VIII.  PEMIMPIN SEBAGAI GEMBALA
Secara garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan gembala adalah “4 M”, yang terdiri dari :
M = Mengenal.
M = Mengasuh.
M = Mengayomi.
M = Melindungi.

a. MENGENAL
“Mengenal” dalam filosofi gembala tidaklah sekadar mengetahui atau memahami keberadaan fisik secara visual semata, namun aspek yang lebih penting justru unsur lain yang tersembunyi di balik fisik tersebut, seperti naluri,  karakter, atau tabiat. Mengenal secara fisik barulah sebagian dari eksistensi ternak secara utuh. Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal ternak yang digembalakannya secara utuh. Namun, agar seorang gembala mampu mengenal ternaknya secara utuh, maka mau tidak mau, ia harus memiliki hubungan emosional yang intim dengan ternak gembalaannya.
b. MENGASUH
Mengasuh adalah falsafah kepemimpinan gembala berkaitan dengan tanggung jawabnya yang menyeluruh terhadap kesehatan psikis maupun fisis seluruh ternak yang digembalakannya. Mengasuh meliputi memberikan  makanan yang bergizi kepada ternak, merawat sehingga terhindar dari kemungkinan terserang berbagai sakit-penyakit, memelihara pertumbuhan dan perkembangan mereka serta mendidik mereka agar menjadi ternak yang tertib, teratur, dan memiliki disiplin. Seorang gembala tidak akan pernah membiarkan ternak-ternaknya berkeliaran tanpa pengawasan, menghabiskan makanan tanpa kendali, mati kelaparan, atau terserang sakit-penyakit karena tidak terurus dengan baik.
c. MENGAYOMI
Mengayomi, mengandung makna memberikan perlindungan penuh  tanpa batas sehingga menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap komunitas yang dipimpin. Tindakan mengayomi dapat diibaratkan laksana induk ayam yang mengerami anak-anaknya di bawah kepak sayapnya. Dengan demikian, anak-anaknya tidak hanya merasakan adanya jaminan keamanan dari sang induk terhadap gangguan musuh, tetapi juga kenyamanan karena mendapatkan kehangatan dari tubuh sang induk.
Untuk melakukan pengayoman, seorang pemimpin harus melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
Melayani tanpa pandang bulu, Melayani secara adil., Menghilangkan intrik-intrik,Menghilangkan diskriminatif.

IX.  HAL YANG UTAMA DALAM KEPEMIMPINAN GEREJA
1. Memandang budaya dari perspektif menyeluruh orang Kristen.
2. Memiliki fokus hidup, baik secara individu maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk memuliakan Tuhan.
3. Memiliki wawasan Alkitab yang melibatkan sebuah hierarki doktrin, komitmen pada otoritas mutlak Alkitab, dan rasa hormat yang besar pada orang lain yang mungkin tidak setuju dengan interpretasinya yang mungkin keliru.
4. Penyerahan seluruh aspek kehidupan kepada Kristus -- termasuk karakter, iman, dan sikap -- secara progresif.
5. Hidup yang mengubahkan, kerinduan untuk tidak hanya mengomunikasikan kebenaran, namun kebenaran yang menghasilkan buah dalam hidup orang lain.
6. Kesediaan untuk keluar dari zona nyaman demi kepentingan Injil. Hal ini membutuhkan kesediaan untuk mengembangkan gereja menurut cara Tuhan dan mengenali sifat gereja yang pada dasarnya heterogen.
7. Komitmen untuk terlibat secara pribadi dengan orang lain. Hidupnya haruslah hidup yang dapat dipertanggungjawabkan pada tingkat ilahi yang paling intim.
8. Seorang pemimpin haruslah mudah menerima kritik, sederhana, dan toleran.

X.  SIFAT-SIFAT PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN
~ KEINGINAN BERPRESTASI.
     Ambisi dikenal dengan banyak nama: motivasi, dorongan, antusiasme, atau harapan untuk meraih prestasi. Apa pun namanya, sifat ini penting karena keinginan adalah dasar seseorang untuk memacu diri sendiri. Jika tidak, orang tersebut akan berpuas diri menjadi pengikut, alih-alih pemimpin.
     Seseorang yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang jelas mengetahui ke mana arah langkahnya. Dia akan mencapai lebih banyak hal daripada orang-orang yang tidak memunyai tujuan yang jelas. Para pemimpin mendapatkan kepuasan terbesar saat mereka mencapai tujuan-tujuan mereka; mereka selalu mencari dunia-dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka biasanya memunyai ego yang kuat.
~ MENERIMA OTORITAS
Keberhasilan dalam kepemimpinan membutuhkan kepekaan yang kuat dalam menggunakan otoritas tepat pada waktunya. Hal ini tercermin dalam kemampuan pemimpin untuk memberikan perubahan dalam kelompok atau perorangan. Ketika seseorang membuat penilaian yang tepat, dia dapat memberikan motivasi atau bertindak tepat pada waktu yang tepat. Kemampuan inilah yang membentuk otoritas seseorang untuk mengelola kelompoknya.
~ DISIPLIN DIRI
Kedisiplinan adalah persyaratan untuk kepemimpinan yang berhasil. Untuk mengendalikan orang lain, seorang pemimpin harus memunyai kendali diri yang baik. Kualitas ini penting karena hanya orang yang memunyai disiplin diri yang baik, yang dapat mengukur tingkatan kedisiplinannya. Lewat pengalaman, dia telah mempelajari cara menunjukkan ketegasan, pengorbanan, dan permintaannya.
~ KREATIVITAS
Orang yang berpikir kreatif adalah orang yang mampu membuat gagasan yang orisinal. Berpikir kreatif melibatkan imajinasi yang dikelola menurut rencana dari inisiatif diri sendiri. Pemimpin kreatif mengumpulkan ide dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya sampai mencapai hasil akhir.
Berpikir kreatif bukanlah melamun, tetapi usaha yang nyata untuk mewujudkan aktivitas mental. Psikolog mengatakan bahwa karya kreatif bisa menjadi sebuah kebiasaan oleh orang yang tekun melatih diri untuk berpikir kreatif.
~ DELEGASI
Pemimpin yang baik tidak akan menerapkan cara-cara otoriter untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lawan dari metode otoriter adalah delegasi: seorang pemimpin yang mengizinkan bawahannya untuk bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Kepemimpinan yang berkualitas tidak dapat dipertahankan jika seorang manajer merasa bahwa dia harus melakukan semuanya.

XI.  HARGA SEBUAH KEPEMIMPINAN
~ KRITIKAN.
Kritik adalah sebuah harga mahal yang dibayar oleh para pemimpin. Jika seseorang tidak dapat mengelola kritik, hal itu berarti pada dasarnya ia belum matang secara emosional. Kekurangan ini pada akhirnya akan muncul dan menghalangi kemajuannya dan kelompoknya mencapai tujuan bersama. Setiap pemimpin harus mengantisipasi beberapa hal semacam itu. Namun, kritik bisa berujung pada kebaikan jika sang pemimpin mampu menerimanya.
~ KELETIHAN
Pemimpin yang bijaksana akan berusaha untuk menemukan keseimbangan dan mencari kesibukan lain -- sebuah perubahan irama hidup -- untuk mengurangi stres. Ia harus mencari beberapa hiburan yang menyenangkan. Para pemimpin sejati harus bersedia bangun lebih awal dan belajar lebih lama daripada orang lain. Beberapa orang mempunyai stamina luar biasa, tetapi keletihan sering kali muncul saat mereka ingin mencapai tujuan organisasi mereka dan muncul dalam tanggung jawab kepemimpinan mereka. Perawatan kesehatan, istirahat, dan keseimbangan hidup yang tepat akan membantu pemimpin menjaga kemampuannya untuk bertahan. Namun, seorang pemimpin harus siap untuk menerima harga yang harus dibayarnya, baik secara emosional maupun jasmaniah.
~ WAKTU UNTUK BERPIKIR
Harga lain yang harus dibayar oleh para pemimpin Kristen adalah waktu yang harus disisihkan untuk berpikir kreatif dan merenung. Kita jarang menganggapnya sebagai harga yang harus dibayar, namun demikianlah adanya. Kebanyakan upaya yang berhasil hanya diraih setelah berjam-jam pemikiran yang mendalam dan penelitian yang cermat.
~ WAKTU UNTUK SENDIRI
Harga keempat yang harus dibayar oleh pemimpin -- yang jarang kita perhatikan -- adalah kesediaan untuk sendirian karena ia telah kehilangan kebebasannya dengan melayani orang lain. Seorang pemimpin sejati mendukung minat, gagasan, dan cita-cita para anggotanya. Pada saat yang sama, pemimpin yang efektif harus berjuang untuk menunaikan potensi dan cita-citanya tanpa terserap ke dalam kelompok. Ini membuatnya hidup dalam kesendirian yang seimbang, berada di antara dirinya dengan kelompoknya, karena dia perlu memerhatikan orang lain sekaligus mengasingkan diri dari mereka. Semua pemimpin tangguh bersikap demikian karena mereka mampu menyamakan diri dengan kelompoknya tanpa menjadi "salah satu dari mereka." Seorang pemimpin harus siap untuk melangkah menjauh dari rombongan dan menyendiri.
~ IDENTIFIKASI
Seorang pemimpin tidak saja harus menjadi seorang diri dan terasing pada waktu yang bersamaan, namun secara berlawanan ia juga harus menyamakan diri dengan kelompoknya. Ia harus selalu berada di depan kelompoknya, namun secara bersamaan berjalan bersama orang-orang yang dipimpinnya. Ini dapat menjadi suatu perbedaan tipis. Pasti ada jarak antara sang pemimpin dan para anggotanya. Penting bagi sang pemimpin untuk mengetahui prinsip ini, namun tetap mampu berhubungan dengan rekan-rekannya. Supaya efektif, sang pemimpin tidak dapat berlari terlalu jauh mendahului kelompoknya. Alkitab dipenuhi ilustrasi yang menggambarkan para pemimpin yang menyamakan diri dengan kelompoknya. Contoh yang paling tepat adalah Tuhan Yesus, yang sering berbagi sukacita maupun dukacita dengan orang-orang.

XII.  HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN & PELATIHAN YANG DIBUTUHKAN OLEH PEMIMPIN
~ MEMILIKI STAMINA EMOSIONAL
Memimpin gereja bisa jadi sangat menguras emosi. Tingkat pengurasan emosi tergantung dari posisi pemimpin, orang-orang yang harus bekerja dengan sang pemimpin, atmosfer emosi gereja pada saat itu, dan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya. Tekanan emosi dan fisik mungkin terjadi berbarengan, karena itu, ia mungkin dapat melakukan sesuatu untuk meningkatkan stamina fisiknya dan melanjutkan tugas sebagai pemimpin. Namun, ada saat-saat suatu tugas benar-benar menguras fisik. Maka ia harus memandang tugas itu dengan realistis dan membuat keputusan objektif untuk mengundurkan diri. Hal ini harus ia lakukan dengan penuh sukacita dan tanpa penyesalan. Ia tidak akan memberikan banyak manfaat pada gereja jika ia tertekan secara emosi. Kekuatan dan stabilitas emosi adalah hal mutlak bagi kepemimpinan yang efektif.
~ MEMILIKI STAMINA MORAL
Hampir semua orang menyadari kelemahannya. Hanya Anda yang tahu apakah Anda cocok secara moral untuk memimpin gereja.   Anda tahu kelemahan Anda, dan Anda tahu kapan biasanya kelemahan itu muncul. Jangan menanggung posisi kepemimpinan gereja yang sepertinya akan memberi peluang bagi Anda untuk berbuat dosa. Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Timotius 6. Pada ayat 9 dan 10, ia mencatat beberapa godaan yang dapat membenamkan seorang pemimpin gereja dengan mudah. Pada ayat 11, ia berkata, "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu ...." "Menjauhi semuanya itu" berarti menjauhkan diri dengan segala upaya yang mampu kita lakukan agar kita tidak tergoda.
~ MEMILIKI PELATIHAN YANG CUKUP
*Pelatihan Alkitab
     Apakah masuk akal untuk seseorang harus memiliki wawasan menyeluruh tentang Alkitab sebelum ia melakukan tugas kepemimpinan gereja? Jelas masuk akal
*Pelatihan Teologi
     Penting sekali untuk seorang pemimpin gereja mengerti doktrin sehingga mereka dapat mengambil keputusan doktrinal, mengajar sesuatu yang doktrinal, dan melaksanakan perannya dengan cara yang doktrinal
*Pelatihan lain-lain.
    Memiliki kemampuan dari pelatihan-pelatihan lain dan untuk menampah ketrampilan untuk mendukung kepemimpinan.

XIII.  BAHAYA-BAHAYA KHUSUS BAGI SEORANG PEMIMPIN
~ KESOMBONGAN. Dosa yang paling tidak disadari oleh korbannya adalah kesombongan. Jika tidak dibendung, kesombongan akan menghalangi perkembangan pelayanan Kerajaan Tuhan karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN(Amsal 16:5).
~ MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI. Salah satu penyataan dari kesombongan adalah mementingkan diri sendiri, yaitu berpikir dan berbicara banyak mengenai diri sendiri maupun kebiasaan untuk membesar-besarkan prestasi dan kepentingan diri sendiri.
~ IRI HATI. Orang yang iri hati bersikap kuatir dan curiga terhadap saingannya. Iri hati ini juga erat hubungannya dengan kesombongan
~ KEPOPULERAN. Para pengikut yang memberi hormat secara berlebih-lebihan kepada para pemimpin gereja merupakan ciri ketidakmatangan rohani dan kedagingan. Kelemahan yang sama juga ditunjukkan apabila pemimpin menerima penghormatan yang berlebihan tersebut. Para pemimpin rohani memang harus sungguh-sungguh dijunjung dalam kasih karena pekerjaan mereka, tetapi penghargaan seperti itu tidak boleh menjadi pemujaan yang berlebihan.
~ TIDAK BERSALAH.  Menganggap diri tidak dapat bersalah menyebabkan hilangnya keyakinan. Bahaya untuk jatuh secara tidak disadari ke dalam bahaya yang halus, yaitu kurang kemungkinannya untuk berbuat salah.
~ MERASA SANGAT DIPERLUKAN. Banyak orang yang besar pengaruhnya telah jatuh menghadapi pencobaan dengan berpendirian bahwa mereka tidak dapat diganti oleh orang lain, dan bahwa demi pekerjaan, mereka tidak dapat melepaskan kedudukan mereka. Mereka tetap memegang kekuasaan itu lama setelah pekerjaan itu sepatutnya diserahkan kepada orang-orang yang lebih muda.
~ KEGIRANGAN & KEMURUNGAN. Seorang pemimpin mungkin sekali terlalu murung karena suatu hal dan terlalu girang karena yang lainnya. Tidak mudah untuk menemukan jalan tengah.
~ PENOLAKAN. Suatu sikap takut terhadap penolakan setelah melakukan berbagai pekerjaan dan berprestasi baik oleh lingkungan maupun orang lain.

XIV.  RAHASIA KEBERHASILAN MEMIMPIN
~ Takut akan Tuhan & peka terhadap suara Roh Kudus.
~ Mengoptimalkan seluruh kemampuan.
~ Memiliki Kemampuan berorganisasi.
~ Memberdayakan orang lain dalam mencapai tujuan dan bekerjasama  dengan baik.
~ Memiliki kredibilitas dan disiplin.
~ Memiliki prinsip pantang menyerah.


 " Demikian kiranya bisa menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar