KEPEMIMPINAN KRISTEN
( By David Yehuda )
I. PENGERTIAN
Pemimpin berasal dari
kata asing “ Leader “ & Kepemimpinan > Leadership
Pemimpin > seorang pribadi yg memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan & kekuasaan untuk menggerakkan org lain.
Kepemimpinan > proses mempengaruhi aktivitas seseorang / kelompok org untuk mencapai tujuan & sasaran dalam situasi tertentu.
II. PREMIS / DALIL DASAR KEPEMIMPINAN
Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah
berlandaskan ajaran Alkitab. Secara khusus, peremis mengenai pemimpin dalam
kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain: Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin
Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan
Kristen; dan Tiga, Dasar Etika-Moral
Kepemimpinan Kristen.
A. Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa TUHAN, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh TUHAN ini adalah untuk pelayanan memimpin.
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa TUHAN, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh TUHAN ini adalah untuk pelayanan memimpin.
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil
TUHAN sebagai PEMIMPIN yang ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian TUHAN.
Untuk
3. Memimpin suatu kelompok umat TUHAN (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini”
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian TUHAN.
Untuk
3. Memimpin suatu kelompok umat TUHAN (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini”
B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai – “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan
Kristen yaitu;
Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin.
Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin.
Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta
ketrampilan memimpin, antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Tuhan, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar upaya dan kinerja kepemimpinan.
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Tuhan, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar upaya dan kinerja kepemimpinan.
C. Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “teladan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta “keteladanan Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran.
Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “teladan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta “keteladanan Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran.
1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah
pribadi Yesus Kristus, termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di
mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I
Yohanes 2:6).
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen haruslah
dinyatakan dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin
Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Tuhan.
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani 13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7; 3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja (Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Tuhan.
III. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
1. BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI
2. BERDASARKAN KEKUASAAN
3. BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
4. BERDASARKAN SEGI LANDASAN PENGARUH
5. BERDASARKAN KEPRIBADIAN
Maksud dari tipe-tipe kepemimpinan ini adalah sbb :
~ BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI.
a. Climbers
a. Climbers
Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan
kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha maju terus menerus dengan
kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong perubahan dan
perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
b. CONSERVERS
Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan
dan keenakan, mempertahankan statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai,
menolak perubahan, deFensiFda statis.
c. ZEALOTS
Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk
memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan, mempunyai visi,
menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan
pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran
untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan
kepekaan daripada human relations.
d. ADVOCATES
Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan
perbaikan organisasi, terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan
keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih
dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya, bersedia
menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat
responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia
mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan
tidak menyebelah.
e. STATESMEN
Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan
organisasi secara keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas
kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak
yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.
2. BERDASARKAN KEKUASAAN
a. AUTORAIC LEADER
a. AUTORAIC LEADER
Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan
terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi,
mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah
milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus
mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil
bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau
pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri,
memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi,
paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri.
b. PARTCIPATIVE LEADER
Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis,
ialah tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang termulia,
memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan
pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi
dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima
partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok,
menunggu persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan
pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan
kebebasan untuk bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong
partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi yang
luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses.
c. FREE REIN LEADER
Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah
tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota,
kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara dengan
dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami
sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan
melakukan pengendalian yang minimal
3. BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
a. Yang berorientasi
pada pengikut / pegawai.
pemimpin yg
terfokus kepada pengikut dan lebih menyenangkan pengikut daripada hasil karena
takut kehilangan simpati.
b. Yang berorientasi pada produksi.
Pemimpin yang
mengutamakan hasil dari pekerjaan / produksi diutamakan di atas kepentingan
pengikut demi kepuasan dari sebuah pekerjaan.
4. BERDASARKAN CARA MEMOTIVASI
Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan
pemimpin yang negatif. Pemimpin yang negatif, ialah tipe pemimpin yang
menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif, misalnya ancaman, hukuman
dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah pemimpin yang dalam
memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.
5. BERDASARKAN SEGI LANDASAN YG DIPERGUNAKAN UNTUK
MEMPENGARUHI PENGIKUT
Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya
berdasarkan tradisi yang ada.
Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya
Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis
oleh karena pemimpin tipe ini biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis,
mempergunakan rasio untuk mempengaruhi pengikutnya.
6. BERDASARKAN KEPRIBADIAN
a) Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada
segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis.
b) Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai
yang tertinggi terletak pada harmoni dan individualitas.
c) Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah
menemukan kebenaran hanya untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
d) Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan
akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah,
simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
e) Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya
diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan
reputasi.
F) Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa
nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang memberikan kepuasan tertinggi dalam
kehidupan spritual dan bersifat mutlak.
IV. PERSYARATAN-PERSYARATAN SEORANG PEMIMPIN
~ PERSYARATAN MORAL :
1. SEORANG YANG TAK BERCACAT
2. HARUS SUAMI DARI SATU ISTERI
3. STABIL / MAMPU
MENGUASAI DIRI
4. BUKAN PEMARAH
5. BUKAN HAMBA UANG
( 1 Tim 3:1-7 )
~ DOMINAN POSITIF :
1. SOPAN
2. SUKA MEMBERI
TUMPANGAN
3. CAKAP MENGAJAR
4. DAPAT DIPERCAYA
& BERTANGGUNGJAWAB
5. BIJAKSANA
6. ANTUSIAS DAN PEKA
~ MEMILIKI KEDEWASAAN ROHANI :
1. TAKUT AKAN TUHAN
2. BUKAN SEORANG YANG
BARU BERTOBAT
3. MENYATU PERKATAAN
& TINDAKAN
V. SIKAP PRAKTIS SEORANG PEMIMPIN KRISTEN
A. MEMANDANG
POSITIF KESULITAN YANG ADA
Bagi seseorang yang berpandangan luas, tidak terlalu sulit
untuk menganalisis suatu perkara dengan positif. Umumnya, kesulitan yang timbul
itu memungkinkan seseorang pemimpin mulai membuat sejarah baru dalam
kepemimpinannya. Sisi lain dari setiap kesulitan ialah bahwa kesulitan dapat
membawa kita kepada ketidakmampuan, yang akhirnya frustasi. Tetapi, pemimpin
yang sesungguhnya ialah yang senantiasa melihat kesulitan, sebagai kesempatan
untuk menemukan perkara yang baru dalam membuat satu sejarah. Sedang pemimpin
yang melihat kesulitan sebagai "satu kesulitan" ialah pemimpin yang
pesimis.
B.
MENGHINDARI KETEGANGAN
Di dalam kepemimpinan -- yang besar maupun kecil, hal-hal
yang sering menganggu kelancaran kerja ialah "ketegangan" dalam
berpikir. Banyak pemimpin menempuh cara yang salah untuk menghindari penyakit
ini, dengan alasan "mengendurkan saraf". Cara yang tepat untuk
menghindari ketegangan ialah "humor". Kedengarannya istilah ini
terlalu sepele, tapi jangan keliru. Humor merupakan pemberian Tuhan. Humor yang
dimaksudkan di sini ialah humor yang dapat dikendalikan, sebab humor yang tidak
dapat dikendalikan akan merusak nilai kepemimpinan.
C.
MENGONTROL AMARAH
seorang pemimpin perlu juga marah. Dalam Alkitab terdapat
dua macam kemarahan -- kemarahan yang adalah dosa dan kemarahan yang suci. Dosa
marah yang dimaksud adalah kemarahan yang hanya berpusat pada diri sendiri,
nafsu, daging -- semuanya berpusat pada kepentingan diri
Kemarahan yang suci ialah kemarahan yang berpusat kepada
kemuliaan TUHAN. Alkitab berbicara tentang Tuhan Yesus marah dua kali. Tapi
dua-duanya mempunyai nilai untuk kemuliaan Bapa.
VI. BAGAIMANA MENJADI PEMIMPIN YANG VISIONER
~MEMILIKI SUMBER
KEKUATAN DENGAN LANDASAN IMAN & FIRMAN TUHAN.
~MELIHAT SEGALA SESUATU DENGAN KACA MATA TUHAN.
~TAAT KEPADA RENCANA TUHAN.
~MELIBATKAN ORANG LAIN UNTUK MENCAPAI TUJUAN.
~MERENCANAKAN SEGALA SESUATU DENGAN MATANG &
MENERAPKANNYA DENGAN BAIK.
VII. PEMIMPIN SEBAGAI
MENTOR
a. MELIHAT KUALITAS-KUALITAS BAIK
Kualitas pertama seorang mentor adalah melihat sesuatu yang
ideal dalam hidup mentori. Kita tidak mungkin menginvestasikan diri kita kepada
orang yang menurut kita tidak layak mendapatkan investasi.
CONTOH : Paulus memperlihatkan kemampuannya memandang
melampaui permukaan hidup Timotius dan bersaksi tentang kualitas-kualitas baik,
yang dengan mudah terabaikan oleh orang lain.
b. MENDORONG MENTORI AGAR MEMELIHARA KARUNIANYA
Paulus menyatakan bahwa Timotius harus "memelihara
harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya" dalam hidupnya (2 Timotius
1:14). Dalam 2 Timotius 2:1-7, kita menemukan Paulus memberikan petunjuk yang
jelas kepada anak didiknya tentang cara untuk menginvestasikan karunia
istimewanya. Secara khusus, Paulus menggunakan tiga analogi untuk menyampaikan
pesan pemeliharaan ini. Pertama, Timotius harus berpikir seperti seorang
prajurit yang mengetahui bahwa kesetiaan utamanya adalah kepada komandannya.
Kedua, Timotius harus berpikir seperti seorang olahragawan yang menyerahkan
hidupnya kepada kedisiplinan yang akan membangun parameter-parameter tingkah
laku dan kebiasaan di dalam kehidupannya. Yang terakhir, dia harus berpikir
seperti seorang petani yang memahami bahwa pada akhirnya, ia akan menikmati
segala hasil usahanya
c. MEMBERI PERINGATAN TENTANG KELEMAHAN-KELEMAHAN MENTORI
Kita melihat Paulus memperingatkan Timotius tentang
bidang-bidang yang menjadi kelemahannya. Dalam 2 Timotius 2:20-23, Paulus
meninjau bidang-bidang yang dapat menjadi kekuatannya dan bidang-bidang lain
yang dapat menyebabkan kelemahannya.
Paulus langsung menantang Timotius bahwa beberapa sifatnya
akan melemahkan hidupnya sampai pada titik ketidakefektifan, sementara itu
kualitas-kualitas yang lain akan memperkuatnya. Sebagai mentor yang bijaksana,
Paulus menekankan bahwa kualitas-kualitas karakter ini terletak dalam tanggung
jawab Timotius sendiri.
d. MENYATAKAN PERLUNYA KEGIGIHAN
Mentoring yang bijaksana tidak hanya menunjukkan puncak
kehidupan yang dijalani dengan baik, tetapi juga kebenaran bahwa kegigihan
dalam menjalankan tugas-tugas yang sangat berat pun sangat diperlukan.
Secara realistis Paulus menunjukkan cakupan kesulitan yang
harus dihadapi Timotius dalam 2 Timotius 3:1-9. Hal ini mencerminkan bahwa
Paulus memahami konteks pelayanan Timotius seringkali dapat terasa berat.
e. MENJADI TELADAN
Paulus menunjukkan bahwa dirinya sendiri adalah teladan yang
baik bagi Timotius. Tidak ada ucapan "lakukan seperti apa yang kukatakan,
jangan seperti apa yang kulakukan" dari Paulus. Sebaliknya, dia dengan
tegas menyarankan agar Timotius mengikuti teladan tentang bagaimana dia
berinvestasi dalam hidupnya, dan bahwa dia tidak akan kecewa (2 Timotius 3:14).
Paulus menggunakan frasa bahwa dia "sudah mulai
dicurahkan sebagai anggur persembahan" (2 Timotius 4:6). Nilai utama
Paulus dalam memuliakan Tuhan ditampilkan kepada Timotius saat dia menjelaskan
pemahamannya bahwa ia siap menjadi anggur persembahan.
VIII. PEMIMPIN
SEBAGAI GEMBALA
Secara garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan gembala adalah
“4 M”, yang terdiri dari :
M = Mengenal.
M = Mengasuh.
M = Mengayomi.
M = Melindungi.
a. MENGENAL
“Mengenal” dalam filosofi gembala tidaklah sekadar
mengetahui atau memahami keberadaan fisik secara visual semata, namun aspek
yang lebih penting justru unsur lain yang tersembunyi di balik fisik tersebut,
seperti naluri, karakter, atau tabiat.
Mengenal secara fisik barulah sebagian dari eksistensi ternak secara utuh.
Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal ternak yang digembalakannya
secara utuh. Namun, agar seorang gembala mampu mengenal ternaknya secara utuh,
maka mau tidak mau, ia harus memiliki hubungan emosional yang intim dengan
ternak gembalaannya.
b. MENGASUH
Mengasuh adalah falsafah kepemimpinan gembala berkaitan
dengan tanggung jawabnya yang menyeluruh terhadap kesehatan psikis maupun fisis
seluruh ternak yang digembalakannya. Mengasuh meliputi memberikan makanan yang bergizi kepada ternak, merawat
sehingga terhindar dari kemungkinan terserang berbagai sakit-penyakit,
memelihara pertumbuhan dan perkembangan mereka serta mendidik mereka agar
menjadi ternak yang tertib, teratur, dan memiliki disiplin. Seorang gembala
tidak akan pernah membiarkan ternak-ternaknya berkeliaran tanpa pengawasan,
menghabiskan makanan tanpa kendali, mati kelaparan, atau terserang
sakit-penyakit karena tidak terurus dengan baik.
c. MENGAYOMI
Mengayomi, mengandung makna memberikan perlindungan
penuh tanpa batas sehingga menciptakan
rasa aman dan nyaman terhadap komunitas yang dipimpin. Tindakan mengayomi dapat
diibaratkan laksana induk ayam yang mengerami anak-anaknya di bawah kepak
sayapnya. Dengan demikian, anak-anaknya tidak hanya merasakan adanya jaminan
keamanan dari sang induk terhadap gangguan musuh, tetapi juga kenyamanan karena
mendapatkan kehangatan dari tubuh sang induk.
Untuk melakukan pengayoman, seorang pemimpin harus
melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
Melayani tanpa pandang bulu, Melayani secara adil., Menghilangkan
intrik-intrik,Menghilangkan diskriminatif.
IX. HAL YANG UTAMA
DALAM KEPEMIMPINAN GEREJA
1. Memandang budaya dari perspektif menyeluruh orang
Kristen.
2. Memiliki fokus hidup, baik secara individu maupun dalam
persekutuan dengan orang lain, untuk memuliakan Tuhan.
3. Memiliki wawasan Alkitab yang melibatkan sebuah hierarki
doktrin, komitmen pada otoritas mutlak Alkitab, dan rasa hormat yang besar pada
orang lain yang mungkin tidak setuju dengan interpretasinya yang mungkin
keliru.
4. Penyerahan seluruh aspek kehidupan kepada Kristus --
termasuk karakter, iman, dan sikap -- secara progresif.
5. Hidup yang mengubahkan, kerinduan untuk tidak hanya
mengomunikasikan kebenaran, namun kebenaran yang menghasilkan buah dalam hidup
orang lain.
6. Kesediaan untuk keluar dari zona nyaman demi kepentingan
Injil. Hal ini membutuhkan kesediaan untuk mengembangkan gereja menurut cara
Tuhan dan mengenali sifat gereja yang pada dasarnya heterogen.
7. Komitmen untuk terlibat secara pribadi dengan orang lain.
Hidupnya haruslah hidup yang dapat dipertanggungjawabkan pada tingkat ilahi
yang paling intim.
8. Seorang pemimpin haruslah mudah menerima kritik,
sederhana, dan toleran.
X. SIFAT-SIFAT
PRIBADI DALAM KEPEMIMPINAN
~ KEINGINAN BERPRESTASI.
Ambisi dikenal
dengan banyak nama: motivasi, dorongan, antusiasme, atau harapan untuk meraih
prestasi. Apa pun namanya, sifat ini penting karena keinginan adalah dasar
seseorang untuk memacu diri sendiri. Jika tidak, orang tersebut akan berpuas
diri menjadi pengikut, alih-alih pemimpin.
Seseorang yang
mempunyai tujuan dan cita-cita yang jelas mengetahui ke mana arah langkahnya.
Dia akan mencapai lebih banyak hal daripada orang-orang yang tidak memunyai
tujuan yang jelas. Para pemimpin mendapatkan kepuasan terbesar saat mereka
mencapai tujuan-tujuan mereka; mereka selalu mencari dunia-dunia baru untuk
ditaklukkan. Mereka biasanya memunyai ego yang kuat.
~ MENERIMA OTORITAS
Keberhasilan dalam kepemimpinan membutuhkan kepekaan yang
kuat dalam menggunakan otoritas tepat pada waktunya. Hal ini tercermin dalam
kemampuan pemimpin untuk memberikan perubahan dalam kelompok atau perorangan.
Ketika seseorang membuat penilaian yang tepat, dia dapat memberikan motivasi
atau bertindak tepat pada waktu yang tepat. Kemampuan inilah yang membentuk
otoritas seseorang untuk mengelola kelompoknya.
~ DISIPLIN DIRI
Kedisiplinan adalah persyaratan untuk kepemimpinan yang
berhasil. Untuk mengendalikan orang lain, seorang pemimpin harus memunyai
kendali diri yang baik. Kualitas ini penting karena hanya orang yang memunyai
disiplin diri yang baik, yang dapat mengukur tingkatan kedisiplinannya. Lewat
pengalaman, dia telah mempelajari cara menunjukkan ketegasan, pengorbanan, dan
permintaannya.
~ KREATIVITAS
Orang yang berpikir kreatif adalah orang yang mampu membuat
gagasan yang orisinal. Berpikir kreatif melibatkan imajinasi yang dikelola
menurut rencana dari inisiatif diri sendiri. Pemimpin kreatif mengumpulkan ide
dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya sampai mencapai hasil akhir.
Berpikir kreatif bukanlah melamun, tetapi usaha yang nyata
untuk mewujudkan aktivitas mental. Psikolog mengatakan bahwa karya kreatif bisa
menjadi sebuah kebiasaan oleh orang yang tekun melatih diri untuk berpikir
kreatif.
~ DELEGASI
Pemimpin yang baik tidak akan menerapkan cara-cara otoriter
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lawan dari metode otoriter adalah delegasi:
seorang pemimpin yang mengizinkan bawahannya untuk bertanggung jawab atas tugas
yang diterimanya. Kepemimpinan yang berkualitas tidak dapat dipertahankan jika
seorang manajer merasa bahwa dia harus melakukan semuanya.
XI. HARGA SEBUAH
KEPEMIMPINAN
~ KRITIKAN.
Kritik adalah sebuah harga mahal yang dibayar oleh para
pemimpin. Jika seseorang tidak dapat mengelola kritik, hal itu berarti pada
dasarnya ia belum matang secara emosional. Kekurangan ini pada akhirnya akan
muncul dan menghalangi kemajuannya dan kelompoknya mencapai tujuan bersama.
Setiap pemimpin harus mengantisipasi beberapa hal semacam itu. Namun, kritik
bisa berujung pada kebaikan jika sang pemimpin mampu menerimanya.
~ KELETIHAN
Pemimpin yang bijaksana akan berusaha untuk menemukan
keseimbangan dan mencari kesibukan lain -- sebuah perubahan irama hidup --
untuk mengurangi stres. Ia harus mencari beberapa hiburan yang menyenangkan. Para
pemimpin sejati harus bersedia bangun lebih awal dan belajar lebih lama
daripada orang lain. Beberapa orang mempunyai stamina luar biasa, tetapi
keletihan sering kali muncul saat mereka ingin mencapai tujuan organisasi
mereka dan muncul dalam tanggung jawab kepemimpinan mereka. Perawatan
kesehatan, istirahat, dan keseimbangan hidup yang tepat akan membantu pemimpin
menjaga kemampuannya untuk bertahan. Namun, seorang pemimpin harus siap untuk
menerima harga yang harus dibayarnya, baik secara emosional maupun jasmaniah.
~ WAKTU UNTUK BERPIKIR
Harga lain yang harus dibayar oleh para pemimpin Kristen
adalah waktu yang harus disisihkan untuk berpikir kreatif dan merenung. Kita
jarang menganggapnya sebagai harga yang harus dibayar, namun demikianlah
adanya. Kebanyakan upaya yang berhasil hanya diraih setelah berjam-jam
pemikiran yang mendalam dan penelitian yang cermat.
~ WAKTU UNTUK SENDIRI
Harga keempat yang harus dibayar oleh pemimpin -- yang
jarang kita perhatikan -- adalah kesediaan untuk sendirian karena ia telah kehilangan
kebebasannya dengan melayani orang lain. Seorang pemimpin sejati mendukung
minat, gagasan, dan cita-cita para anggotanya. Pada saat yang sama, pemimpin
yang efektif harus berjuang untuk menunaikan potensi dan cita-citanya tanpa
terserap ke dalam kelompok. Ini membuatnya hidup dalam kesendirian yang
seimbang, berada di antara dirinya dengan kelompoknya, karena dia perlu
memerhatikan orang lain sekaligus mengasingkan diri dari mereka. Semua pemimpin
tangguh bersikap demikian karena mereka mampu menyamakan diri dengan
kelompoknya tanpa menjadi "salah satu dari mereka." Seorang pemimpin
harus siap untuk melangkah menjauh dari rombongan dan menyendiri.
~ IDENTIFIKASI
Seorang pemimpin tidak saja harus menjadi seorang diri dan
terasing pada waktu yang bersamaan, namun secara berlawanan ia juga harus
menyamakan diri dengan kelompoknya. Ia harus selalu berada di depan
kelompoknya, namun secara bersamaan berjalan bersama orang-orang yang
dipimpinnya. Ini dapat menjadi suatu perbedaan tipis. Pasti ada jarak antara
sang pemimpin dan para anggotanya. Penting bagi sang pemimpin untuk mengetahui
prinsip ini, namun tetap mampu berhubungan dengan rekan-rekannya. Supaya
efektif, sang pemimpin tidak dapat berlari terlalu jauh mendahului kelompoknya.
Alkitab dipenuhi ilustrasi yang menggambarkan para pemimpin yang menyamakan
diri dengan kelompoknya. Contoh yang paling tepat adalah Tuhan Yesus, yang
sering berbagi sukacita maupun dukacita dengan orang-orang.
XII. HAL-HAL YANG
HARUS DIPERHATIKAN & PELATIHAN YANG DIBUTUHKAN OLEH PEMIMPIN
~ MEMILIKI STAMINA EMOSIONAL
Memimpin gereja bisa jadi sangat menguras emosi. Tingkat
pengurasan emosi tergantung dari posisi pemimpin, orang-orang yang harus
bekerja dengan sang pemimpin, atmosfer emosi gereja pada saat itu, dan apa yang
sedang terjadi dalam hidupnya. Tekanan emosi dan fisik mungkin terjadi
berbarengan, karena itu, ia mungkin dapat melakukan sesuatu untuk meningkatkan
stamina fisiknya dan melanjutkan tugas sebagai pemimpin. Namun, ada saat-saat
suatu tugas benar-benar menguras fisik. Maka ia harus memandang tugas itu dengan
realistis dan membuat keputusan objektif untuk mengundurkan diri. Hal ini harus
ia lakukan dengan penuh sukacita dan tanpa penyesalan. Ia tidak akan memberikan
banyak manfaat pada gereja jika ia tertekan secara emosi. Kekuatan dan
stabilitas emosi adalah hal mutlak bagi kepemimpinan yang efektif.
~ MEMILIKI STAMINA MORAL
Hampir semua orang menyadari kelemahannya. Hanya Anda yang
tahu apakah Anda cocok secara moral untuk memimpin gereja. Anda
tahu kelemahan Anda, dan Anda tahu kapan biasanya kelemahan itu muncul. Jangan
menanggung posisi kepemimpinan gereja yang sepertinya akan memberi peluang bagi
Anda untuk berbuat dosa. Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Timotius 6. Pada
ayat 9 dan 10, ia mencatat beberapa godaan yang dapat membenamkan seorang
pemimpin gereja dengan mudah. Pada ayat 11, ia berkata, "Tetapi engkau hai
manusia Allah, jauhilah semuanya itu ...." "Menjauhi semuanya
itu" berarti menjauhkan diri dengan segala upaya yang mampu kita lakukan
agar kita tidak tergoda.
~ MEMILIKI PELATIHAN YANG CUKUP
*Pelatihan Alkitab
Apakah masuk akal
untuk seseorang harus memiliki wawasan menyeluruh tentang Alkitab sebelum ia
melakukan tugas kepemimpinan gereja? Jelas masuk akal
*Pelatihan Teologi
Penting sekali
untuk seorang pemimpin gereja mengerti doktrin sehingga mereka dapat mengambil
keputusan doktrinal, mengajar sesuatu yang doktrinal, dan melaksanakan perannya
dengan cara yang doktrinal
*Pelatihan lain-lain.
Memiliki kemampuan
dari pelatihan-pelatihan lain dan untuk menampah ketrampilan untuk mendukung
kepemimpinan.
XIII. BAHAYA-BAHAYA
KHUSUS BAGI SEORANG PEMIMPIN
~ KESOMBONGAN. Dosa yang paling tidak disadari oleh
korbannya adalah kesombongan. Jika tidak dibendung, kesombongan akan
menghalangi perkembangan pelayanan Kerajaan Tuhan karena setiap orang yang
tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN(Amsal 16:5).
~ MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI. Salah satu penyataan dari
kesombongan adalah mementingkan diri sendiri, yaitu berpikir dan berbicara
banyak mengenai diri sendiri maupun kebiasaan untuk membesar-besarkan prestasi
dan kepentingan diri sendiri.
~ IRI HATI. Orang yang iri hati bersikap kuatir dan curiga
terhadap saingannya. Iri hati ini juga erat hubungannya dengan kesombongan
~ KEPOPULERAN. Para pengikut yang memberi hormat secara
berlebih-lebihan kepada para pemimpin gereja merupakan ciri ketidakmatangan
rohani dan kedagingan. Kelemahan yang sama juga ditunjukkan apabila pemimpin
menerima penghormatan yang berlebihan tersebut. Para pemimpin rohani memang
harus sungguh-sungguh dijunjung dalam kasih karena pekerjaan mereka, tetapi
penghargaan seperti itu tidak boleh menjadi pemujaan yang berlebihan.
~ TIDAK BERSALAH.
Menganggap diri tidak dapat bersalah menyebabkan hilangnya keyakinan.
Bahaya untuk jatuh secara tidak disadari ke dalam bahaya yang halus, yaitu
kurang kemungkinannya untuk berbuat salah.
~ MERASA SANGAT DIPERLUKAN. Banyak orang yang besar
pengaruhnya telah jatuh menghadapi pencobaan dengan berpendirian bahwa mereka
tidak dapat diganti oleh orang lain, dan bahwa demi pekerjaan, mereka tidak
dapat melepaskan kedudukan mereka. Mereka tetap memegang kekuasaan itu lama
setelah pekerjaan itu sepatutnya diserahkan kepada orang-orang yang lebih muda.
~ KEGIRANGAN & KEMURUNGAN. Seorang pemimpin mungkin
sekali terlalu murung karena suatu hal dan terlalu girang karena yang lainnya.
Tidak mudah untuk menemukan jalan tengah.
~ PENOLAKAN. Suatu sikap takut terhadap penolakan setelah
melakukan berbagai pekerjaan dan berprestasi baik oleh lingkungan maupun orang
lain.
XIV. RAHASIA
KEBERHASILAN MEMIMPIN
~ Takut akan Tuhan & peka terhadap suara Roh Kudus.
~ Mengoptimalkan seluruh kemampuan.
~ Memiliki Kemampuan berorganisasi.
~ Memberdayakan orang lain dalam mencapai tujuan dan
bekerjasama dengan baik.
~ Memiliki kredibilitas dan disiplin.
~ Memiliki prinsip pantang menyerah.
" Demikian kiranya bisa menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar