Jumat, 01 November 2013

~ Mengintip si Penjilat ~

~ Mengintip Si Penjilat ~

Anda pasti tahu dengan jelas apa itu menjilat, penjilat dan sejenisnya. Soal jilat menjilat kita pasti sering melakukannya. Jangan bilang kalau anda tidak pernah menjilati piring anda sampai bersih…anda juga kan..pernah menjilati sisa makanan yang nempel ditangan..! jadi, semua kita adalah penjilat..
Bila jilatan anda hanya sebatas jilatan diatas, maka itu tidak terlalu masalah sebab hanya berbahaya untuk anda karena bisa menjadi kebiasaan buruk..namun bila makna kata menjilat sudah bukan dalam arti yang sesungguhnya seperti menjilat piring dll, maka ini akan berbahaya bagi kehidupan anda.
Apakah jilatan yang berbahaya buat kehidupan anda dan saya…? Sebelumya mari kita mencari tahu apa arti kata menjilat, penjilat..
Menurut kamur besar bahasa indonesia(KBBI 95), Penjilat adalah “ Orang yang suka berbuat sesuatu untuk mencari muka (supaya mendapat pujian)
“Menjilat-jilat” adalah Berkali-kali bersusaha (berbuat) untuk mendapat pujian (dinaikkan pangkatnya, dsb) mengambil-ambil hati (atasan)..
Sementara “istilah menjilat pantat” artinya berbuat sesuatu supaya mendapat pujian ( dinaikkan pangkatnya dsb..; mencari muka..
Berdasarkan makna istilah diatas, maka menjilat dan penjilat merupakan perbuatan kemunafikan dan kelicikan, sebab melakukan sesuatu dengan motif yang salah hanya untuk menyenangkan atasan, pimpinan…
Dunia ini hanya manusialah mahluk yang mampu melakukan itu. Ada juga memang binatang yang senang menjilat seperti anjing dan kucing, dua binatang lucu ini senang menjilat tangan atau kaki majikannya karena ingin mengabdi kepada tuannya. Namun manusia mampu menjadi penjilat demi mengejar sesuatu.
Siapakah para penjilat-penjilat itu?
Tidak ada batasan menjadi penjilat, semua orang bisa menjadi penjilat tidak mengenal batasan usia dan pekerjaan.
Mahluk yang bernama penjilat itu tentu saja manusia biasa. Bahkan bisa saja mereka dekat sekali dengan kita. Mereka hidup berkeliaran di antara kita sebagai temannya dengan atasan kita sebagai sasaran yang akan dia jilati dengan lidahnya.
Bisa dipastikan mahluk-mahluk jenis ini selalu hadir di setiap komunitas dan di sebuah organisasi, terutama Organisasi yang di dalamnya banyak menjanjikan kenikmatan uang dan jabatan. Uniknya, mahluk tersebut bisa berwujud wanita bisa juga pria. Mereka mudah dikenali, karena biasanya seorang penjilat bukanlah orang yang berkepribadian luwes (lantip), tapi individu yang bertingkah laku vulgar sampai kepada demonstratif memproklamirkan diri sebagai orang terdekat atasannya, tak peduli pada image negatif dia di mata orang lain.
Seorang penjilat tidak memiliki prinsip kebenaran yang teguh dalam hidupnya. Orang-orang seperti ini dapat saja berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan dirinya. Seorang penjilat cenderung akan mengorbankan harga diri dan menjul kebenaran demi keuntungan sesaat.
Seorang penjilat adalah seorang yang Ambisius dan oportunis. Dia bekerja bukan semata-mata menjalankan tugas sebaik-baiknya atas nama kewajiban, tapi di balik semua itu tersimpan segudang niat dan rencana buruk. Dia bekerja demi pujian semata, uang semata, jabatan semata, atau peningkatan karier semata. Mumpung ada kesempatan. Segala macam cara akan dia tempuh demi mendapatkan semuanya, tak peduli ihtiar dia dalam rangka mewujudkan keinginannya itu dibenarkan atau tidak, melanggar norma atau tidak, halal atau tidak.
Demi kesuksesannya dia beranggapan bahwa kolega bukanlah teman seperjuangan, kolega adalah saingan. Teman-teman yang memiliki kemampuan atau berpotensi melebihi dirinya dianggap rival terberatnya. Untuk itu seorang penjilat akan mengeluarkan jurus sikut kiri sikut kanan, tendang depan tendang belakang.
Seorang penjilat adalah seorang yang rajin membuat laporan buruk tentang sikap dan pekerjaan teman-temannya kepada atasan, baik sesuai fakta atau hanya rekayasa belaka, dengan harapan atasannya akan beranggapan dan berkesimpulan bahwa diri si pelaporlah bawahan yang paling baik, paling berpotensi, paling qualified, paling bisa diandalkan di bidangnya, serta tak diragukan lagi loyalitasnya terhadap pimpinan.
Seorang penjilat juga wujud dari seekor bunglon. Di hadapan teman-temannya dia sangat suka berpura-pura, pura-pura berbaur, pura-pura menawarkan diri menjadi sahabat terbaik siapa saja. Tapi di hadapan atasannya akan lain lagi ceritanya.
Kehilangan kedekatan dengan atasan dan kehilangan jabatan buat seorang penjilat adalah musibah. Oleh karena itu sebelum musibah itu menimpanya, dia akan sekuat tenaga mencapai keinginan dan mempertahankan apa yang sudah diraihnya sampai titik darah penghabisan. Tak peduli usahanya itu berdampak merugikan orang lain. Seorang penjilat berprinsip persetan dengan hak dan kepentingan orang lain. Hak dan kepentingan dirinyalah yang diutamakan.
Akan merasa puaskah Si Penjilat bila semuanya telah dia raih? Saya kira mahluk jenis ini tak akan mengenal rasa puas. Bila target yang ingin dia capai dalam hidupnya diibaratkan abjad, maka setelah mendapatkan huruf A dia ingin segera mendapatkan huruf B, C, D, dan seterusnya. Bahkan bila dia telah mencapai huruf Z pun (huruf latin terakhir) dia masih ingin menggapai A׳ (A aksen) dan seterusnya. Seakan-akan dunia yang kita huni ini tak akan pernah berakhir. Seolah-olah hidupnya ini akan abadi.
Seorang penjilat akan merasa aman dan hidup makmur bila atasan yang dia jilati berkepribadian sesuai dengan harapannya. Seorang penjilat akan merasa berada di atas angin bila pimpinan tempat di mana dia bekerja (bernaung) ternyata juga sama-sama dari golongan bunglon dan satu karakter dengannya: ambisius dan oportunis.
Bila begitu keadaannya akan ada hubungan simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Si atasan memanfaakan dia sebagai tamengnya untuk berbuat semena-mena dalam menduduki kursi kepemimpinannya, si penjilat juga memanfaatkan atasannya untuk memuluskan jalannya dalam meniti karier menuju jabatan yang lebih tinggi dan mempertahankannya agar tidak jatuh ke tangan orang lain.
Tapi seorang penjilat akan mati kutu bila atasannya bukan sembarang atasan, tapi manusia idealis yang memiliki prinsip. Lidah seorang penjilat akan tumpul tak bertuah di hadapan pemimpin yang jujur, amanah, bertanggung jawab, adil, dan bijaksana. Seorang penjilat akan rontok harga dirinya di mata seorang pemimpin yang lebih percaya pada prestasi bawahannya dari pada percaya terhadap laporan-laporan rutin tanpa bukti dari seseorang. Seorang penjilat akan tersingkir sampai kepada frustrasi karena pemimpin yang berjiwa besar sama sekali tak membutuhkannya.(indonesiaindonesia.com)
Berhenti menjilat…
Ternyata menjadi penjilat sangat melelahkan dan sekaligus menjijikan..saatnya kita meninggalkan tabiat itu, sebab Tuhan tidak berkenan dengan para penjilat.
Lakukanlah segala sesuatu bukan untuk manusia tapi untuk Tuhan. Mengerjakan segala hal bukan dengan motif supaya naik jabatan, disayang pimpinan..dll..mengerjakan sesuatu karena memang itu adalah tanggung jawab pribadi bukan saja kepada manusia terlebih kepada Sang Raja Sorga.
Raja salomo mengatakan dalam Amsal 29:5, “Orang yang menjilat sesamanya membentangkan jerat di depan kakinya..”
Benar, bahwa para penjilat tidak akan bertahan lama, mereka akan segera jatuh dan tersungkur dalam perbuatannya. Dan yang lebih mengerikan adalah para penjilat tidak akan dipercaya lagi selamanya.
Tuhan sangat menentang para penjilat..
Yudas 1:16 mengatakan, “ Mereka itu orang-orang yang menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.”
Kesimpulan
Bila dalam sebuah komunitas maupun sebuah organisasi ada berkeliaran bunglon-bunglon berwajah manusia, itu pertanda komunitas dan organisasi tersebut tidak sehat, pemimpinnya tidak mempunyai kepribadian, serta sikap amanahnya diragukan. Dan sebaliknya, bila sebuah komunitas dan sebuah organisasi sangat menghargai prestasi dan menjunjung tinggi kedisiplinan, kebersamaan, dan kekeluargaan, sudah bisa dipastikan pimpinan organisasi tersebut seorang yang tangguh, berwibawa, kharismatik, dan tabu akan jilatan bawahan.

~ Bagaimana dengan kita....?
" Sebuah permenungan, titipan anak pedalaman "

2 komentar: